10 Oktober 2010

Pabrik Kayu Pertama di Jateng

Satu lagi, peninggalan Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau VOC berada di Bandarharjo.

BANGUNAN yang dimaksud berada di Jalan Bandarharjo Selatan. Bangunan bersejarah tersebut pernah dipakai sebagai kantor Perusda Jateng. Namun seiring rob yang makin mengganas di wilayah itu, kantor Perusda Jateng akhirnya pindah ke Jalan Imam Bonjol. Praktis, kini gedung kuno itu tak terurus.

Data yang diperoleh koran ini, bangunan bercat putih tersebut, dibangun pada 1911, atau masa penjajahan kolonial Belanda.

Seperti diketahui, salah satu misi kedatangan Belanda di negeri ini adalah berdagang. Salah satunya, perdagangan kayu, dengan mengambil kayu jati dari Indonesia, untuk dijual lagi ke luar negeri atau dikirim ke negaranya.

Di kawasan Bandarharjo inilah, Belanda lantas mendirikan pabrik kayu. Ya, eks kantor Perusda Jateng itu sebelumnya Vereenigde Javasche Houthandel Maatschappuen (pusat pabrik kayu Jawa). Di lihat tahun pembangunannya, bisa dibilang bangunan ini merupakan kantor pabrik kayu pertama di Jawa Tengah. "Gedung ini bagian kantornya, kalau pabrik kayunya di samping ini, tapi sudah roboh," ucap Sugeng Asono, 47, salah seorang penjaga gedung.

Pria yang mulai menempati rumah dinas di belakang gedung tersebut sejak 1981 itu mengatakan, gedung eks Perusda tersebut sudah berumur satu abad. Sebelumnya, digunakan VOC untuk kantor perkayuan. "Jadi kayu-kayu jati dari sini (Semarang) dibawa ke Belanda untuk di jual," ceritanya.

Pada 1950, Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia. Setelah itu, bangunan kokoh tersebut sempat dipakai oleh TNI. Baru pada 1965, gedung itu diserahkan untuk Perusda. Tak ada renovasi besar-besaran di gedung bersejarah itu. Bangunan serta elemen yang menempel masih terlihat asli.

"Ada renovasi, tapi sedikit. Sifatnya hanya perawatan. Seperti lantai satu itu sudah ditinggikan karena rob dan dikeramik. Karena untuk perkantoran, maka lantai satu ditinggikan," kata pria yang juga menjadi staf umum Perusda Jateng. Sedangkan genteng, tegel di lantai dua, dan lainnya masih asli. "Tidak berani merenovasi besar-besaran karena ini termasuk cagar budaya."

Bangunan kokoh itu masih tampak eksotik, seperti melihat satu abad sebelumnya. Bangunan setangkup murni dengan fasade tunggal. Terdiri atas dua lantai. Di depan bangunan terdapat tiang bendera. Pondasi dari sistem struktur dari bata dan dinding dengan bata yang diplester.

Dinding fasade depan dipertinggi, membentuk segitiga yang mengapit daerah dinding trafe tengah. Ada jendela loteng pada dinding yang dipertinggi.

Pada kedua ujung bangunan juga terdapat menara yang ditutup dengan atap datar dengan pagar batu di atasnya. Bentuk menara ini merupakan sesuatu yang lazim pada abad lalu. Bentuk atap pelana yang ditutup dengan seng. Pada atap ini banyak terdapat jendela loteng, berupa atap yang diangkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimanakah tanggapan Anda tentang hal ini.
Silahkan menuliskan komentar Anda pada opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.

Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.