30 Agustus 2010

Ketika Mamah Dedeh Harus Menyiasati Padatnya Jadwal Berdakwah

Tak Puas, Jemaah Mengejar sampai Rumah

Suara lantang disertai humor kala berdakwah menjadi ciri khas yang sangat melekat pada Mamah Dedeh. Ustazah yang satu itu berhasil memadukan dakwah dan komedi lewat program acara religius Mamah dan Aa' di sebuah stasiun televisi swasta. Kini jemaah Mamah tersebar di seluruh Indonesia.

Mamah Dedeh (kanan) berfoto bareng bersama para jemaahnya, usai mengisi
acara tausiyah di Musholla, gedung Sampoerna Strategic Square, Kamis (26/8)

SEKARING RATRI ADANINGGAR, Jakarta

Dengan balutan busana muslim dan jilbab berwarna merah, Mamah Dedeh langsung menjadi pusat perhatian. Apalagi, setelah ustazah kondang itu duduk di podium, ratusan perempuan peserta pengajian dengan khidmat siap menerima siraman rohani darinya.
"Kalau ada salah-salah kata, saya minta maaf. Saya memang bukan orang yang halus. Sebab, saya memang bukan makhluk halus," ujar Mamah Dedeh, disambut tawa jemaah pengajian di Musala Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis lalu 26 Agustus.

Saat pengajian berakhir, jemaah tidak langsung bubar. Mereka justru langsung merapat ke podium, tempat ustazah bernama asli Dedeh Rosyidah itu duduk. Jemaah yang didominasi ibu-ibu tersebut berebut berjabat tangan dan berfoto bareng Mamah Dedeh. Tak pelak, Mamah sampai terdesak para "penggemar" itu.

Meski begitu, Mamah justru terhanyut dalam euforia jemaah tersebut. Dia ikut heboh sambil sesekali melontarkan guyonan dengan suara yang keras. Suasana musala lantas jadi riuh oleh suara jemaah itu.

Tidak hanya berfoto bareng, beberapa peserta masih belum puas kala pengajian tersebut usai. Mereka ingin menumpahkan unek-unek kehidupan masing-masing di depan ustazah favorit itu. Apalagi, Mamah Dedeh ngetop dengan brand curhatnya setiap kali bertemu dengan jamaah. Namun, permintaan beberapa orang tersebut terpaksa tidak dikabulkan. "Aduh, saya buru-buru. Sebentar lagi ada acara pengajian lagi. Saya minta maaf, nanti SMS saja, ya?" ujar Mamah kepada jemaah tersebut.

Kesibukan Mamah Dedeh memang luar biasa. Mirip dengan selebriti yang laris manis, jadwal Mamah Dedeh sangat padat. Dalam sehari, dia bisa mengisi pengajian di lima tempat yang berbeda. Bukan hanya sekitar wilayah Jakarta Raya, Mamah juga sering diundang mengisi taushiyah di luar kota, bahkan luar pulau.

"Alhamdulillah, saya diundang untuk mengisi ceramah hingga luar kota dan luar pulau. Saya senang karena masyarakat menyukai taushiyah yang saya sampaikan," papar Mamah Dedeh ketika ditemui di sela-sela aktivitasnya mengisi pengajian.

Namun, khusus Ramadan, Mamah tidak melayani permintaan taushiyah di luar pulau. Sebab, sejak awal bulan puasa, aktivitas perempuan 59 tahun itu superpadat. Dia "bekerja" sejak pukul 02.00 hingga malam lagi. Hampir setiap hari begitu. Salah satu jadwal tetapnya, yang mau tidak mau harus diprioritaskan, adalah mengisi acara taushiyah bertajuk Mamah dan Aa' di Indosiar menjelang sahur.

Acara tersebut pada hari-hari biasa tayang pada pukul 05.00, setelah subuh. Namun, khusus Ramadan, jam siar program interaktif religius itu dimajukan menjadi pukul 02.00.
"Kenapa pukul 02.00? Sebab, kami juga mempertimbangkan penonton di Indonesia Timur. Dengan begitu, mereka juga bisa menyaksikan acara itu. Sebab, permintaan dari sana banyak," urai Mamah sembari mengipasi wajah yang kepanasan.

Agar tidak terlambat, Mamah harus datang ke studio Indosiar sekitar pukul 24.00. Sampai di studio, ibu lima anak itu langsung beristirahat. Setengah jam sebelum syuting acara, dia harus bangun untuk sahur dan mempersiapkan diri. Lalu, sekitar pukul 03.30, Mamah meninggalkan studio di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, itu untuk mengisi acara ceramah subuh di tempat lain. Kegiatan tersebut akan berlanjut dengan sederet acara pengajian lain di berbagai tempat berbeda hingga malam.

Yang istimewa, Mamah menyatakan tidak memiliki hari libur. Bagi istri almarhum Syarifuddin itu, tiada hari tanpa berdakwah. Namun, putri satu-satunya yang bernama Nazmia, yang juga merangkap manajer Mamah, tidak rela jika ibunya terus berdakwah setiap hari tanpa libur untuk istirahat. Untuk itu, Mia --sapaan putri Mamah tersebut-- selalu berupaya menyediakan waktu libur sehari dalam satu bulan bagi Mamah. "Ya, hanya sehari dalam sebulan saya libur dari aktivitas berdakwah. Biasanya, saya gunakan hari itu untuk berkumpul dengan anak-anak atau jalan-jalan ke Bandung," ujar perempuan asal Ciamis, Jawa Barat, tersebut.

Selain mengisi sejumlah acara ceramah, Mamah Dedeh kerap menerima curhat lewat SMS. Bahkan, dia menuturkan bisa menerima seratusan SMS dalam sehari dari jemaah di seluruh Indonesia. Permasalahan yang dicurhatkan beragam, mulai persoalan akidah agama, rumah tangga, hingga karir dan perjodohan.

Nenek lima cucu itu selalu berusaha membalas semua SMS yang masuk ke handphone-nya tersebut. Selain itu, ada jamaah yang mendatangi rumah Mamah kala ingin curhat secara langsung. Mamah pun heran, dari mana jemaah tersebut mengetahui rumahnya yang berlokasi di sebuah perumnas di Depok, Jawa Barat, itu. "Tiba-tiba mereka datang saja ke rumah. Saya nggak tahu, mereka tahu dari mana alamat rumah saya," ujarnya.

Seperti memperlakukan SMS curhat, Mamah selalu berusaha menampung semua unek-unek langsung jamaahnya serta memberikan solusi terbaik. Namun, adakalanya Mamah memilih tidak menerima jemaahnya yang ingin cuhat di rumah jika lelah luar biasa. Dia mengisahkan, pernah ada jemaah yang datang ke rumah sembari menangis. Jemaah itu ingin menyampaikan curhat seputar permasalahan rumah tangganya kepada Mamah.

"Tapi, waktu itu saya capek banget. Saya benar-benar sudah nggak kuat. Akhirnya, saya bilang kepada Mia untuk kasih tahu dia (jemaah) bahwa saya nggak ada di rumah," kenangnya.
Meski begitu, Mamah menyatakan selalu berupaya memberikan yang terbaik kepada jemaahnya. "Ya, saya kan juga punya hak untuk beristirahat. Allah saja tahu, kok," imbuhnya.

Mamah tidak memungkiri bahwa jadwal yang padat membuatnya lelah. Karena itu, dia paling tidak suka jika panitia acara menjemputnya dengan mobil yang sudah terisi penuh. Mamah mengakui tidak suka duduk berdesak-desakan dalam mobil, apalagi saat lelah.
"Waktu di mobil biasanya saya gunakan untuk tiduran, beristirahat sebentar. Maka, saya paling sebal kalau lihat mobil jemputan sudah dipenuhi panitia," ungkap dia.

Soal ciri khas suara yang keras dan perkataan yang lugas, Mamah mengungkapkan bahwa karakter tersebut terbentuk sejak kecil. Dia memang dididik dengan disiplin yang tinggi oleh kedua orang tuanya. Selain itu, meski orang tuanya memiliki sejumlah usaha, seperti penggilingan padi, bengkel, sawah, hingga kebun, Mamah dan lima saudaranya dididik untuk bekerja keras. Bahkan, dia menyatakan terbiasa menunggui sejumlah usaha kedua orang tuanya itu.

Suaranya yang keras dan lantang terbentuk karena dia terbiasa menyuruh makan sekitar 50 buruh tani di sawah. Agar bisa terdengar, Mamah harus menggunakan suara keras. Selain itu, bisingnya suara penggilingan padi mengharuskan dia bersuara keras jika ingin berbicara dengan orang lain.

"Karena itu, suara saya keras dan terlatih sampai sekarang," imbuhnya seraya terbahak.
Ketika ditanya kapan kali pertama berdakwah, Mamah mengatakan menjalani kegiatan tersebut kala duduk di bangku SD. Hal itu dia laksanakan karena kedua orang tuanya sangat agamais. "Saat siang, orang tua saya jadi petani. Malam, mereka jadi guru mengaji," ujar dia.

Kedua orang tua Mamah juga gemar berdakwah. Karena itu, Mamah dan saudara-saudaranya terbiasa mengajar mengaji dan berceramah."Kebiasaan berdakwah sejak SD tersebut terus melekat pada dia. Apalagi, setelah lulus SD Mamah melanjutkan studi di pendidikan guru agama (PGA). Setamat PGA, Mamah melanjutkan pendidikan di IAIN Jakarta yang kini bernama UIN Syarif Hidayatullah.

Hingga menikah pada 1970, Mamah tidak pernah menghentikan aktivitas berdakwah. Bahkan, pada 1980 Mamah dan temannya yang juga pendakwah malah memiliki ratusan anak asuh. Salah seorang anak asuh itu kemudian menjadi penyiar di Bens Radio. Kebetulan, waktu itu Bens Radio membutuhkan pendakwah perempuan. Mamah pun diajak bergabung oleh anak asuhnya tersebut. Mamah lantas mulai berdakwah lewat radio. Dari situlah Indosiar mengenal Mamah. Mulai tiga tahun lalu, Mamah pun resmi penjadi pengisi acara siraman rohani bertajuk Mamah dan Aa" di stasiun televisi swasta tersebut dengan didampingi pelawak Abdel.
"Alhamdulillah, sampai sekarang semakin banyak jamaah Mamah dan Aa" di seluruh Indonesia," ucap Mamah Dedeh.

sumber :
http://metronews.fajar.co.id/read/103328/10/-ketika-mamah-dedeh-harus-menyiasati-padatnya-jadwal-berdakwah

22 Agustus 2010

Ramadan di Kawasan ”Merah” Little India, Singapura

Di Masjid Buka Puasa, di Luar Pub Tampilkan Tari Erotis


KAWASAN MERAH: Umat Muslim Little India Singapura melaksanakan berbuka puasa di dalam masjid.
Sementara di luar hiburan malam termasuk tari erotis tetap berlangsung dan tidak terpengaruh Ramadan




Muslim Tamil dan India berusaha terus menjunjung toleransi keberagamaan di tengah persilangan budaya wilayah Little India, Singapura. Muslim di sana selalu berikhtiar untuk menjadi kelompok yang open minded terhadap kelompok berkeyakinan lain.

Pukul 17.15 waktu Singapura. Sayup-sayup suara azan Asar terdengar dari menara Masjid Abdul Gaffoor. Ratusan orang etnis Tamil dan India bersicepat memasuki masjid yang terletak di Dunlop Street, wilayah Ronchor Planning Area yang juga masuk kawasan Little India itu.

Begitu jamaah penganut mazhab Imam Hanafi tersebut rampung mendirikan salat, Muhammad Ali bergegas turun ke lantai dasar menuju dapur umum masjid. Dia lantas mengambil centong. Tangan pria 60 tahun tersebut terlihat cekatan memasukkan bubur ke dalam puluhan kantong plastik merah di depannya. Ali adalah salah seorang takmir masjid yang didirikan pada 1907 tersebut.

“Tugas saya, salah satunya, membagikan bubur ini kepada jamaah yang hendak berbuka puasa,” katanya kepada JPNN, Senin lalu (16/8).

Ratusan jamaah yang selesai salat tanpa dikomando antre mengular untuk mendapatkan bubur yang telah disediakan pengurus takmir. Mereka tertib dan sangat tenang. Tidak ada aksi saling dorong dan sikut. Saat beberapa petugas pembagi bubur mengatakan bahwa jatah sudah habis, puluhan jamaah yang tidak mendapatkan jatah lantas balik badan dalam diam. Tidak ada protes dan keluh kesah.

Sepuluh menit menjelang berbuka puasa, lebih dari 600 jamaah sudah duduk berhadap-hadapan di kursi memanjang yang disediakan takmir. Di atas meja depan mereka tersedia berupa-rupa menu berbuka puasa. Sajian utamanya adalah semangkuk bubur nasi. Jenis serupa dengan yang dibagikan selepas asar. Dalam bahasa Tamil, bubur nasi dengan campuran bawang bombay itu disebut Kanji-kanji. Minumannya berupa susu manis dengan ekstrak bunga mawar. Kurma dan pepaya juga tersedia. JPNN yang ikut berbuka puasa sore itu juga mendapat bagian menu khas muslim Tamil dan India. Sementara itu, di sekitar Masjid Abdul Gaffoor, aktivitas Dunlop Street mulai hidup. Kawasan yang sejak 1800-an menjadi salah satu pusat aktivitas pedagang Tamil tersebut mulai ramai oleh para pelancong dari seluruh dunia. Restoran-restoran semakin riuh. Tempat-tempat hiburan malam menggeliat.

Berjarak dua bangunan di sebelah utara Masjid Abdul Gaffoor, panti pijat yang berlabel pijat tradisional Thailand ramai dipadati pengunjung. Setidaknya, terdapat tujuh panti pijat di jalan yang panjangnya hanya 350 meter tersebut. Selain panti pijat, ada tempat pelayanan pengurusan badan dan fitness centre untuk para turis. Tempat hiburan lain tidak kalah meriah. Pub-pub yang menyediakan tarian-tarian erotis khas Tamil dan India juga bertebaran di sekitar Dunlop Street. Hanya membayar 15-25 dolar Singapura atau setara Rp99 ribu-Rp165 ribu, pengunjung bisa menikmati segelas bir dan menonton atraksi tari khusus dewasa itu.
Memang, di Dunlop Street sangat banyak penginapan murah khusus backpacker. Kamar hostel backpacker biasanya berbentuk serupa asrama. Dalam satu kamar terdapat enam sampai delapan tempat tidur susun. Tarifnya relatif murah, 25-28 dolar Singapura (Rp165 ribu-Rp185 ribu) semalam.

Muhammad Ali menyadari lokasi masjid yang berada di tengah tempat-tempat maksiat tersebut. Sejak lama Dunlop Street dan bahkan Little India mengalami persilangan budaya seperti itu. Para pelancong datang dan pergi, membawa dampak bagi komunitas yang mayoritas muslim di wilayah tersebut. “Namun, kami sadar atas kondisi itu. Memang seperti inilah keadaannya. Nuansa Ramadan, tampaknya, tidak terasa kecuali di dalam masjid. Tapi, justru inilah yang menguatkan iman kami,” tegas Ali.

Pria yang mengaku sering ke Jogjakarta itu mengungkapkan, seperti halnya negara lain, tingkat ibadah populasi muslim di seluruh Singapura bermacam-macam. Ada yang sangat taat beribadah, banyak pula yang Islam KTP. Populasi muslim di Singapura memang cukup besar. Di antara 5 juta penduduk Singapura, diperkirakan 15 persen atau 750 ribu orang memeluk Islam. Jumlah tersebut hanya kalah oleh penganut Buddha yang mencapai 43 persen.

Muslim Singapura juga terdiri atas berbagai etnis. Ada Tamil, India, Melayu, Pakistan, dan sedikit Tionghoa. Etnis Tamil dan India menjadi pemeluk muslim terbesar dengan 17 persen populasi. “Jadi, dengan jumlah itu, siapa pun bisa menjadi taat dan tidak. Bergantung masing-masing individu,” kata Ali. “Namun, dengan kondisi kebebasan seperti ini, kami merasa lebih sreg menjalankan perintah agama. Tidak ada beban dan paksaan,” tambahnya menunjuk banyaknya bentuk tempat maksiat di Dunlop Street.

Ali mencontohkan, salah satu pusat Islam di Singapura berada di Kampung Melayu (Melayu Village). Letaknya di wilayah Kampung Glam. Pada hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha, banyak pedagang Kampung Melayu yang berjualan aneka suvenir khas hari raya.

Ironisnya, meski menjadi pusat umat muslim, Kampung Melayu juga sangat dekat dengan pusat prostitusi terbesar Singapura, Geylang. “Tapi, semua itu tidak masalah bagi kami,” ujarnya tersenyum. Warga asing juga nyaman dengan kondisi Dunlop Street. Meski sebagian besar penduduk asli wilayah itu adalah muslim, kebebasan berekspresi tetap dijunjung tinggi.

15 Agustus 2010

Melongok Keunikan Tradisi Masyarakat Kabupaten Badung

SEJUMLAH desa di Kabupaten Badung, Bali, memiliki keunikan seni budaya, panorama alam, dan keanekaragaman objek wisata. Tradisi dan seni budaya yang diwarisi masyarakat secara turun-temurun menjadi daya tarik wisatawan.




Salah satu tempat di Kabupaten Badung yang cukup menarik adalah Desa Kiadan, Kecamatan Petang. Desa itu memiliki ekowisata desa yang patut diperhitungkan. Bila Anda berkunjung ke sana, jangan lewatkan kesempatan menyeruput kopi tradisional khas Bali lewat ekowisata Desa Kiadan Pelaga. Masyarakat setempat menyebutnya kopi look. Look merupakan sebutan khas turun-temurun warga Kiadan untuk kopi yang diolah secara tradisional dan direbus langsung dari tungku tanah liat.

Kekhasan tradisi itu pula yang ditunjukkan masyarakat adat Kiadan kepada setiap wisatawan yang datang ke desa mereka. Dengan periuk tanah yang sudah menghitam, minuman disajikan seadanya. Kopi pun dituang dengan sendok besar dari batok kelapa yang terlihat agak usang. Sangat natural.

Selain itu, terdapat pula wisata spiritual dengan keberadaan tempat suci (pura) yang berkaitan dengan keberadaan Kebo Iwa.

Tempat lainnya adalah Desa Pangsan dengan pertanian yang terintegrasi, yakni di satu kawasan dikembangkan berbagai jenis komoditas unggulan dalam bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan.




Proses pertanian yang ramah lingkungan, dengan ditata dan dikelola sedemikian rupa, menonjolkan kebersihan, juga dapat dikemas menjadi paket wisata.

Potensi wisata perdesaan Badung utara juga didukung dengan keberadaan pondok wisata yang fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang, meskipun kapasitasnya baru delapan buah.

Jika pengembangan wisata perdesaan Badung utara itu mengalami perkembangan, wisatawan dapat memanfaatkan rumah-rumah penduduk yang kini mulai dibenahi dan dirancang untuk menerima kunjungan wisatawan.




Sementara itu, Desa Kerta yang ada di sekitarnya telah dikenal wisatawan Denmark sebagai wisata olahraga dengan panorama alam yang indah dan lingkungan asri. Hal itu didukung dengan permukiman penduduk yang tertata rapi.


Inti Cerita
Kekhasan tradisi itu pula yang ditunjukkan masyarakat adat Kiadan kepada setiap wisatawan yang datang ke desa mereka. Potensi wisata perdesaan Badung utara juga didukung dengan keberadaan pondok wisata yang fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang, meskipun kapasitasnya baru delapan buah. Sementara itu, Desa Kerta yang ada di sekitarnya telah dikenal wisatawan Denmark sebagai wisata olahraga dengan panorama alam yang indah dan lingkungan asri.

10 Agustus 2010

Meerkat Merespons Suara Nonlinear



MEERKAT - penghuni Gurun Kalahari yang bernama Latin Suricata suricatta- kerap kali memanggil kawanannya dengan sinyal bahaya.

Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dimuat jurnal Biology Letters mengungkap bahwa panggilan yang mereka su-arakan tidak linier sehingga sulit diprediksi, berbeda dengan alarm yang dibunyikan satwa lain.

"Ada yang disebut panggilan normal dan dalam laporan, kami rujuk sebagai panggilan linier," jelas penulisnya, Simon Townsend dari University of Zurich.

Namun, katanya, dari waktu ke waktu, 20% dari panggilan jenis ini mendapat gangguan dan menjadi ruwet. Saat itulah disebut nonlinear.

Perbedaan antara kedua tipe panggilan ini sulit dideteksi telinga manusia, tapi meerkat lain mampu membedakan keduanya.

Tim pun menggunakan rangkaian yang terdiri dari sembilan tnedium-urgen-cy aerial alarm calls, atau suara yang akan dihasilkan meerkat saat mereka melihat predator di langit. Townsend menjelaskan bahwa empat dari sembilan rekaman panggilan dimasuki gangguan. "Kami memfokuskan riset pada delapan jantan dominan dari delapan kelompok berbeda," katanya.

Simon Townsend
Peneliti dari University of Zurich
Saat peneliti yakin hewan tersebut tidak dalam keadaan tertekan, mereka mulai mengkaji respons terhadap suara panggilan yang sudah mereka rekam. Temuan kami, mereka selalu menunjukkan respons lebih kuat terhadap panggilan bahaya yang tidak linear."

Kata dia, lima dari delapan jantan langsung berlari menuju lubang-respons perilaku yang paling kuat. Tiga jantan yang tersisa juga merespons lebih kuat terhadap panggilan tidak linear.


Dr Townsend mengatakan penelitian ini tidak terfokus pada penyebab mengapa hewan tersebut menghasilkan bunyi tidak linear. "Kami hanya masih
belum yakin soal mengapa panggilan ini tidak linear dan lainnya linear," katanya.

Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa hewan yang melihat kemunculan predator akan menghasilkan suara tidak linear sebab stres membuat getaran pita suara mereka tidak menentu.


Ringkasan Artikel Ini
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dimuat jurnal Biology Letters mengungkap bahwa panggilan yang mereka su-arakan tidak linier sehingga sulit diprediksi, berbeda dengan alarm yang dibunyikan satwa lain. Tim pun menggunakan rangkaian yang terdiri dari sembilan tnedium-urgen-cy aerial alarm calls, atau suara yang akan dihasilkan meerkat saat mereka melihat predator di langit. Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa hewan yang melihat kemunculan predator akan menghasilkan suara tidak linear sebab stres membuat getaran pita suara mereka tidak menentu.
sumber : http://bataviase.co.id/node/313527

8 Agustus 2010

Indonesia Tuntut Keadilan Iklim

Negara-negara maju justru membebankan biaya adaptasi perubahan iklim kepada negara berkembang.

FORUM Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim Indonesia mengkhawatirkan kesepakatan penurunan emisi gas rumah kaca setara global dalam negosiasi perubahan iklim di Bonn, Jerman, 2-4 Agustus mendatang tidak akan tercapai. Pada pertemuan itu akan dibahas penurunan emisi gas rumah kaca secara drastis untuk mencegah kenaikan temperatur rata-rata permukaan di atas 2 derajat celsius.

Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan, setelah COP-15 di Kopenhagen, Denmark, gagal karena tidak mendapatkan komitmen dari negara industri, gelagat sama akan terjadi di Bonn. "Negara maju yang jumlahnya hanya 20% dari penduduk dunia telah mengeluarkan gas rumah kaca lebih dari 70% untuk industri dan pembangunan," kata Faby, akhir pekan lalu.

Seharusnya, lanjut dia, mereka bersedia menurunkan emisi gas rumah kaca dengan memberikan ruang sisa atmosfer bagi negara berkembang. "Negara-negara industri harus menurunkan emisi secara drastis mulai sekarang hingga 2050. Sehingga memungkinkan negara berkembang untuk tumbuh dengan mengonsumsi ruang atmosfer yang masih tersisa."

Koordinator Civil Society Forum (CSF) Giorgio Budi Indrarto bersikap sama. Ia menegaskan, jika emisi rumah kaca tidak diturunkan, ekologi di seluruh dunia terancam. "Masyarakat Sipil Indonesia mendorong adanya isukeadilan iklim sebagai basis dalam negosiasi serta memastikan keselamatan manusia dan ekologi," seru Budi.

Budi pun meluncurkan kampanye bersama CSF dan IESR untuk mendukung seruan keadilan iklim kepada pemimpin dunia. Kedua wakil LSM itu mengingatkan saat Indonesia menjadi tuan rumah konvensi perubahan iklim (UNFCC) di Bali, negara maju berjanji memberikan bantuan dana dan teknologi bagi negara miskin guna mengatasi pemanasan global.

Demikian juga saat pertemuan di Kopenhagen, negara maju bersedia menyediakan bantuan US$30 miliar selama 2010-2012, untuk membiayai program penanggulangan pemanasan global. Mereka bahkan berencana meningkatkan bantuan menjadi US$100 juta per tahun sampai 2020.

Namun, menurut Faby, anggaran itu tidak cukup untuk program adaptasi perubahan iklim di negara berkembang. Negara maju justru membebankan biaya adaptasi kepada negara berkembang. "Bukan kita yang menyebabkan perubahan iklim, ke-napa negara maju malah membebani negara berkembang. Kita bicara soal keadilan," cetusnya.

Kedua LSM juga mendapat dukungan dari Walhi dalam menyuarakan penolakan terhadap cara-cara negara maju, yang mengalihkan isu pengurangan karbon dengan skema perdagangan karbon dan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi. "Kami akan menolak skema ini di Bonn karena telah menjauhkan tanggung jawab negara-negara Annex 1 (negara industri) untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan," ujar Teguh Surya, Kepala Departemen Kampanye Walhi.


Terlalu murah

Skema perdagangan karbon belum diputuskan meski Indonesia telah menjalankan beberapa proyek percobaan berlandaskan Permenhut No 68/2008. Terdapat 26,6 juta hektare hutan alam yang diskenariokan masuk mekanisme perdagangan karbon dengan nilai sekitar Rp63 triliun.

Skema jual murah karbon menurut perhitungan ketiga LSM tersebut sudah termasuk tegakan pohon, hewan, tumbuhan, tanah, sumber mata air, ruang interaksi sosial, dan entitas masyarakat hukum adat. Bila dikalkulasikan, semua itu hanya senilai Rpl2 per meter persegi.

Wapres Boediono, saat membuka Association for Tropical Biology ana Conservation di Sanur, pekan lalu, menjelaskan pemerintah sanggup mengurangi emisi karbon sampai 26% pada 2020. Salah satunya dengan mekanisme penjualan karbon murah. Kebijakan itu dianggap telah merampas ruang atmosfer orang miskin.
----------------------------
Siswantini Suryandari
----------------------------


Ringkasan Artikel Ini
Kedua wakil LSM itu mengingatkan saat Indonesia menjadi tuan rumah konvensi perubahan iklim (UNFCC) di Bali, negara maju berjanji memberikan bantuan dana dan teknologi bagi negara miskin guna mengatasi pemanasan global. "Bukan kita yang menyebabkan perubahan iklim, ke-napa negara maju malah membebani negara berkembang. Kedua LSM juga mendapat dukungan dari Walhi dalam menyuarakan penolakan terhadap cara-cara negara maju, yang mengalihkan isu pengurangan karbon dengan skema perdagangan karbon dan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi. "Kami akan menolak skema ini di Bonn karena telah menjauhkan tanggung jawab negara-negara Annex 1 (negara industri) untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan," ujar Teguh Surya, Kepala Departemen Kampanye Walhi.

sumber : http://bataviase.co.id/node/313327