10 Juni 2010

Menelusuri Jejak Cowboys di Bali

Film dokumenter Cowboys in Paradise yang menceritakan para gigolo di Bali sempat menghebohkan masyarakat. Film itu dianggap mencemarkan nama Bali. Bagaimana sebenarnya kehidupan cowboys itu di Pulau Dewata ?

Kangen anak Pantai, Turis pun Datang lagi
Tidak ada anak pantai yang terlibat kriminalitas. Setidaknya, itu menurut kesaksian Kapoltabes Denpasar Kombespol Gede Alit Widana. “Selama menjabat, saya sama sekali belum pernah meneriman laporan tentang kejahatan yang pelakunya anak-anak pantai,” katanya.



Alit malah mengapresiasi ratusan anak pantai yang ada di wilayahnya. Menurut Ali, mereka turut membantu keamanan dan memberdayakan pariwisata di sana. Bahkan, tidak jarang para beach boy itu melakukan tugas-tugas polmas. Kalau ada kejahatan di pantai, mereka juga ikut membantu polisi.
Lurah Kuta I Gede Suparta menilai keberadaan anak pantai. Diakui atau tidak, mereka adalah salah satu daya tarik wisatawan mengunjungi Kuta. “Mereka sebenarnya orang-orang ramah yang ikut mempromosikan Pantai Kuta,” ujar alumlus STPDN itu.
Banyak turis yang datang ke Kuta karena sebelumnya berkenalan dengan anak pantai. Para turis itu rela dating kembali karena kangen akan keramahan mereka.
Di samping itu, mereka juga memiliki kontribusi dalam hal financial. Semua persewaan papan selancar di wilayahnya membayar iuran ke desa adat. Rata-rata besarannya sekitar Rp 250 ribu. Iuran dikenakan kepada semua pedagang di Kuta.
Bagaimana pengaruh film Cowboys in Paradise ? “Nggak ada,” jawabnya lugas. Dia menyatakan, masyarakat dan pelaku usaha tidak bereaksi apapun. “Adem ayem saja,” ujarnya.


Ada Mitos Sperma Orang Bali
Ada kecenderungan akhir-akhir ini para turis asing wanita lebih suka mendekati pemuda asli bali. Menurut cerita Aryana (nama samara), berdasar pengalamannya beberapa tahun menjadi anak pantai, para turis asing wanita menilai pemuda bali lebih keren. Misalnya, dari segi fisik, pemuda asli Bali dianggap lebih eksotis. Selain itu, mereka merasa akan beruntung jika berhubungan dekat dengan orang-orang Bali. “Ini biasanya untuk turis yang sudah beberapa kali datang ke sini,” ucap aryana.
Mungkian karena alas an itulah, kini banyak anak pantai luar Bali yang meng-create modus mereka untuk memangsa turis asing. Salag satunya, mereka berlogat bali ketika mendekati sasarannya. Nama-nama khas Bali seperti Made, Wayan, Gusti, dan Ketutjuga digunakan saat pertama mereka berkenalan dengan cewek incaran. “Toh, dari luar juga sulit untuk membedakan,” katanya.
Selain itu, agar lebih bisa memikat, kelompok luar Bali bercerita tentang kebudayaan Bali kepada para turis. Tentu saja itu merupakan cara mereka agar lebih dipercaya sebagai warga local Pulau Dewata. Namun, kata Aryana, itu sepotong-potong saja.
Yang membedakan anak pantai local dengan anak pantai dari luar Bali juga bisa dilihat dari tujuan akhirnya. Pria gondrong tersebut mengatakan, mayoritas pemuda Bali mengincar kekeyaan tamunya dalam jangka panjang. Caranya, merayu agar teman atau pacarnya itu menanamkan investasi di Bali. Misalnya, membeli tanh, villa, dan membuka toko.
sumber :jawapos.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimanakah tanggapan Anda tentang hal ini.
Silahkan menuliskan komentar Anda pada opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.

Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.